Semua orang pasti tahu mengenai kalimat : Anak adalah titipan Tuhan.
Namun, sebagian besar tidak memahami arti kalimat itu sendiri.
Ironisnya banyak orang yang mengaku sebagai seorang agamis namun tidak memahami arti ungkapan tersebut.
Anak adalah titipan Tuhan, oleh karena itu sebagai orang tua berkewajiban untuk menjaga dan merawat titipan tersebut dengan sebaik mungkin. Mulai dari mengandung, melahirkan, merawat, membesarkan, dan mendidik anak adalah kewajiban dan tanggung jawab dari orang tua. Oleh karena itu orang tua sudah semestinya mencintai titipan Tuhan tersebut dengan tulus dan tanpa pamrih. Itulah makna mengapa cinta orang tua harus tanpa pamrih, karena anak adalah titipan Tuhan...BUKAN MILIK orang tua.

Saya sangat menyukai kalimat yang diucapkan oleh seorang instruktur training saya yang juga secara tidak langsung orang tua saya mengucapkan hal yang maknanya serupa dengan kalimat ini.
Jika diibaratkan anak itu pesawat terbang, maka tugas orang tua adalah untuk sedemikian rupa agar landasan pesawat terbang itu bagus dan mulus agar pesawatnya bisa terbang tinggi dengan lancar.
Anak itu titipan Tuhan, selangkah dia keluar dari rumah maka orang tua harus merelakan anaknya pergi. Anak itu titipan Tuhan, maka orang tua tidak berhak memiliki anak karena orang tua bukan pemilik anak tapi orang yang dititipi oleh Tuhan untuk merawat dan menjaga anak itu.
Ada contoh kasus yang mungkin sering terjadi dalam suatu keluarga.
Karena tidak memahami konsep anak sebagai titipan Tuhan, orang tua sering bersikap over protektif dan mengharuskan anaknya menjadi seperti yang dia harapkan. Jika anak itu melawan atau membangkang, orang tua akan mengungkit-ungkit semua budinya ke anak dari mulai mengandung 9 bulan, merawat dari kecil, mendidik, dll.
Itu kah yang namanya orang tua?
Bukan, orang tua bukan pemilik dari anaknya walaupun mengandung, melahirkan, membesarkan, dll. Orang tua hanyalah orang yang diberi titipan oleh Tuhan. Oleh karena itu orang tua tidak berhak untuk menuntut anaknya dan tidaklah pantas untuk mengungkit-ungkit budinya pada anak. Karena itu adalah suatu bentuk kewajiban dan tanggung jawab sebagai orang tua, oleh karena itu cinta orang tua pada anak semestinya tanpa pamrih. Itu adalah resiko dari orang tua saat dia menginginkan memiliki anak.
Anak bukanlah robot yang bisa dengan sesuka hati dimainkan oleh orang tua.
Karakter anak itu ditentukan oleh 2 faktor yaitu genetika dan lingkungan. Namun faktor lingkunganlah yang sangat menentukan karakter anak tersebut. Oleh karena itu, jika seorang anak dibesarkan oleh orang tua yang over protektif maka karakternya adalah persis sama dengan karakter orang tuanya. Dia tidak akan berkembang sebagai generasi yang lebih baik daripada orang tuanya. Anak ini juga akan sangat ketergantungan pada orang tuanya, semua keputusannya tergantung pada instruksi orang tuanya.
Lalu apa arti suatu kedewasaan???
Seorang anak yang sudah berusia 17 tahun itu berhak memiliki KTP karena dianggap sudah dewasa. Dewasa itu artinya dia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, serta mampu independen dalam hidup maupun dalam bersikap. Namun sebagian besar orang tua terus menganggap anaknya tidak dewasa padahal mungkin usianya sudah mencapai 30 tahunan.
Terus sampai kapan anaknya akan dewasa jika orang tua terus memperlakukan anaknya sebagai robot yang dimilikinya?
Ada 2 pilihan mengenai masa depan seorang anak yang orang tuanya over protektif :
1. Sukses menjadi orang yang sesuai dengan keinginan orang tua, namun sangat ketergantungan pada orang tuanya. Anak tidak dapat membuat keputusannya sendiri, karena semua keputusannya adalah berdasarkan instruksi orang tua. Apakah ini anak ideal yang diinginkan orang tua yang baik?
2. Anak membenci orang tuanya. Ini kemungkinan yang terburuk, yaitu anak kabur dari orang tua yang terus berusaha memilikinya dan menjadikannya robot.
Orang tua yang baik adalah orang tua yang memberi kebebasan kepada anaknya namun tetap mengawasi dan membimbing.
Anak bukanlah MILIK orang tua, tapi anak adalah TITIPAN TUHAN yang harus dijaga dan dirawat dengan baik.
Jangan pernah mengungkit-ungkit budi baik orang tua terhadap anaknya di masa lalu, karena cinta orang tua haruslah tanpa pamrih. Orang tua membesarkan anak dengan cinta adalah suatu kewajiban dan tanggung jawab, resiko yang harus ditanggung seseorang yang menjadi orang tua. Kalau dia mengungkit-ungkit budi baiknya pada anaknya, dia bukanlah orang tua tapi lebih mirip seperti seorang raja yang menuntut rakyatnya untuk membalas kebaikan raja dengan menuruti semua keinginan sang raja. Resiko yang harus dijalani seseorang yang menjadi orang tua adalah mencintai tanpa pamrih dan tidak bisa memiliki. Karena sekali lagi, anak bukanlah milik orang tua melainkan titipan Tuhan.
Kalau tidak mau repot dan rugi, kenapa punya anak?
Anak tidak pernah minta untuk dilahirkan ke dunia.
Kalau tidak mau merawat anak dengan penuh cinta tanpa pamrih, kenapa buat anak?
Anak tidak pernah minta untuk dilahirkan ke dunia.
Bagi orang tua dan calon orang tua, sadarlah anak adalah TITIPAN TUHAN yang harus dirawat dengan penuh cinta. Tidak peduli anak itu berasal dari rahimmu yang kau kandung selama 9 bulan dan kemudian kau rawat sampai besar, dia tetap BUKAN MILIKMU.
Biarkan anakmu menjadi manusia yang seutuhnya, jangan jadikan dia robot milikmu yang bisa kau kendalikan sesuka hatimu.
*Nunu*